Apa Hukumnya Orang Main Slot
Game Menghasilkan Uang
Memang ada game yang boleh, namun harus mempunyai syarat tidak mengandung unsur pornografi, kekerasan, pelecehan, rasis, perjudian, dsb. Juga tidak melalaikan pelakunya dari mengingat Allah Subhãnahu wata’ala.
Namun pada umumnya game yang beredar saat ini yang bersifat online dan bisa menghasilkan uang bagi pelakunya, adalah termasuk yang dilarang dalam Islam. Karena pelakunya harus top up uang atau saldo lalu ia berspekulasi untuk bisa menang & mendapatkan hadiah. Namun jika kalah, maka uangnya hangus. Inilah yang menjatuhkan kepada perjudian atau maisir.
Allah Subhãnahu wata’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ {سورة المائدة: ٩٠}
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” {Q.S. Al-Maidah: 90}
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Dijawab oleh Ustadz Very Setiawan.
#SahabatMigran ingin berkonsultasi seputar masalah agama Islam dan persoalan kehidupan? Yuk, sampaikan pertanyaannya melalui pesan WhatsApp ke nomor +852 52982419. [DDHK News]
Assalamu Alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Begini kiyai. Aku duduk serumah bersama si Fulan, dan saya tahu terhadap kelakuan atau aktifitasnya /profesinya si Fulan ia adalah orang yang suka main judi suka belli nomer /togel dan lain sebagainya dan saya tahu yang di makan setiap harinya si Fulan itu adalah hasil dari main judi .
Bagaimana hukumnya kalau aku makan pemberian orang tersebut.?
Waalaikum salam.Jawaban.
Ketahuilah bahwa yang halal itu adalah jelas dan yang harampun juga jelas dan sesuatu yang berada diantara yang halal dan haram itu adalah subhat maka jika seseorang jatuh pada perkara yang subhat maka berarti jatuh kepada perkara yang haram . Artinya jika seseorang sudah mengetahui terhadap perbuatan seseorang atau kasabnya yang diperoleh dari judi ataupun mencuri dan dilihat oleh mata kepalanya sendiri maka itulah yang disebut dengan haram yang sudah jelas, maka haram memakannya, berbeda dengan hal yang belum diketahui secara jelas walaupun sifulan dia suka mencuri atau judi maka dalam hal ini boleh memakannya namun makruh , oleh karenanya , jika seseorang itu ingin menjaga kesucian agamanya agar ia tidak jatuh kepada barang yang subhat lebih baik tidak memakannya itu semua agar tidak jatuh kepada yang haram. hal ini berdasarkan dengan sebuah hadits sebagai berikut:
Segala Hal yang Haram dan yang Halal telah Jelas
عَنْ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بِشِيْر رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: (إِنَّ الحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاس، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبْرأَ لِدِيْنِهِ وعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِيْ الحَرَامِ كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَقَعَ فِيْهِ. أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمَىً. أَلا وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ، أَلاَ وإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وإذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهيَ اْلقَلْبُ) رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Dari Abu ‘Abdillah Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Sesungguhnya perkara yang halal itu telah jelas dan perkara yang haram itu telah jelas. Dan di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang (samar), tidak diketahui oleh mayoritas manusia. Barang siapa yang menjaga diri dari perkara-perkara samar tersebut, maka dia telah menjaga kesucian agama dan kehormatannya. Barang siapa terjatuh ke dalam perkara syubhat, maka dia telah terjatuh kepada perkara haram, seperti seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar daerah larangan (hima), dikhawatirkan dia akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah, bahwa setiap raja itu mempunyai hima, ketahuilah bahwa hima Allah subhanahu wa ta’ala adalah segala yang Allah subhanahu wa ta’ala haramkan. Ketahuilah bahwa dalam tubuh manusia terdapat sepotong daging. Apabila daging tersebut baik maka baik pula seluruh tubuhnya dan apabila daging tersebut rusak maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah segumpal daging tersebut adalah kalbu (hati). [HR. Al-Bukhari dan Muslim][1][1] Diriwayatkan oleh Imam al Bukhari no. 52, 2051 dan Muslim no. 1599
Begitupun hadis yang menyatakan tidak diterimanya Shodaqoh dari hasil Ghulul (korupsi):
عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ دَخَلَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَلَى ابْنِ عَامِرٍ يَعُودُهُ وَهُوَ مَرِيضٌ فَقَالَ أَلَا تَدْعُو اللَّهَ لِي يَا ابْنَ عُمَرَ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا تُقْبَلُ صَلَاة بِغَيْرِ طُهُورٍ وَلَا صَدَقَةٌ مِنْ غُلُولٍ
“Dari Mush’ab bin Sa’d beliau berkata; Abdullah bin Umar menjenguk ibnu ‘Amir yang sedang sakit. Maka Ibnu ‘Amir berkata; Tidakkah engkau mau mendoakan untukku wahai Ibnu Umar? Ibnu Umar menjawab; Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda; Shalat tidak diterima tanpa bersuci dan Shodaqoh juga tidak diterima dari hasil kecurangan” (H.R. Muslim)[9]
Hadits di atas merupakan dalil yang memuat atau mencakup beberapa materi fiqih yang kemudian di formulasikan kepada suatu kaidah,yang diantaranya adalah;
Menggunakan Harta yang Bercampur antara Halal dan Haram
كتاب الأشباه والنظائر -السيوطي
[الْقَاعِدَةُ الثَّانِيَةُ: إذَا اجْتَمَعَ الْحَلَالُ وَالْحَرَامُ غَلَبَ الْحَرَامُ]
Pendapat pertama, apabila yang haram lebih banyak dari yang halal, maka status uang harta pemilik toko/warung hukumnya haram. Alasan lain adalah karena orang yang jualan di tempat haram itu sama dengan membantu secara tidak langsung terhadap orang-orang yang berbuat dosa.Hal ini juga dijelaskan dalam sebuah Hadits
من أعان على معصية ولو بشطر كلمة كان شريكا له فيها
Artinya :” Barangsiapa membantu pada perbuatan maksiat walaupun adanya separuh kata maka ia termasuk bekerja sama baginya dalam perbuatan maksiat
Pendapat kedua, hukumnya halal walaupun yang halal lebih sedikit daripada yang haram. Ini disebut harta syubhat. Dan harta syubhat statusnya makruh (tidak sampai haram). Ini adalah pendapat yang dianggap lebih unggul dibanding yang pertama. Berdasarkan pada hadits sahih riwayat Bukhari Muslim:
فمن اتقى الشبهات فقد استبرأ لدينه وعرضه، ومن وقع في الشبهات وقع في الحرام، كالراعي يرعى حول الحمى يوشك أن يقع فيه
Artinya: Barangsiapa yang takut syubhat maka dia telah membebaskan diri dari agama dan harga dirinya. Barang siapa yang terjatuh pada perkara syubhat, maka ia jatuh pada perkara haram. Sebagaimana penggembala yang menggebmlala di sekitar pagar, maka dia hampir mengenai pagar itu.
Ini berdasarkan pendapat Ibnu Mas’ud
عن ذر بن عبد الله عن ابن مسعود قال : جاء إليه رجل فقال : إن لي جارا يأكل الربا ، وإنه لا يزال يدعوني ، فقال : مهنأه لك ، وإثمه عليه
Dari Dzar bin Abdullah, dia berkata, “Ada seseorang yang menemui Ibnu Mas’ud lalu orang tersebut mengatakan, ‘Sesungguhnya, aku memiliki tetangga yang membungakan utang, namun dia sering mengundangku untuk makan di rumahnya.’ Ibnu Mas’ud mengatakan, ‘Untukmu enaknya ( makanannya ) sedangkan dosa adalah tanggungannya.’” ( Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq ) [11]
عن سلمان الفارسي قال: إذا كان لك صديق عامل، أو جار عامل أو ذو قرابة عامل، فأهدى لك هدية، أو دعاك إلى طعام، فاقبله، فإن مهنأه لك، وإثمه عليه.
Dari Salman Al-Farisi, beliau mengatakan, “Jika kamu memiliki kawan, tetangga, atau kerabat yang profesinya haram, lalu dia memberi hadiah kepadamu atau mengajak kamu makan di rumahnya, terimalah! Sesungguhnya, rasa enaknya adalah hak kamu, sedangkan dosanya adalah tanggung jawabnya.” (Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq)
Dalam hadits di atas seorang muslim dan muslimah dianjurkna untuk menghindari situasi syubhat. Namun, tidak ada larangan di situ. Oleh karena itu, Ulama hanya menyimpulkan bahwa harta syubhat adalah makruh.
Pendapat Madzhab Syafi’i Tentang Harta Campuran Halal Dan Haram
Madzhab Syafi’iyah berpendapat bahwa uang atau harta yang bercampur antara halal dan haram hukum penggunaannya adalah makruh. Imam Suyuthi berkata dalam kitab Al-Ashbah wan-Nadzair
ومنها: معاملة من أكثر ماله حرام، إذا لم يعرف عينه لا يحرم في الأصح لكن يكره، وكذا الأخذ من عطايا السلطان، إذا غلب الحرام في يده، كما قال في شرح المهذب: إن المشهور فيه الكراهة لا التحريم، خلافاً للغزالي
Artinya: Transaksi seseorang yang kebanyakan hartanya haram, apabila tidak diketahui harta apa yang haram, maka tidak haram menurut pendapat yang paling sahih akan tetapi hukumnya makruh. Begitu juga hukum menerima hadiah dari raja apabila mayoritas harta raja itu haram seperti pendapat Nawawi dalam Al-Majmuk Syarah Muhadzab bahwa yang masyhur dalam masalah ini adalah makruh, bukan haram. Ini berbedda dengan pendapat Al-Ghazali (menurutnya hukumnya haram).
Pendapat Imam Malik Dan Hanafi Tentang Harta Syubhat (Campur Halal Haram)
Madzhab Malik sependapat dengan madzah Syafi’i bahwa harta yang bercampur antara halal dan haram adalah makruh. Menurut salah satu pendapat dari madzhab Maliki hukumnya haram memakan harta syubhat dan menerima hadiah dari harta syubhat.
Sedang Muhammad bin Mustafa Al Khadimi dari madzhab Hanafi dalam kitab Bariqah Mahmudiyah menyatakan bahwa menurut pendapat terpilih di kalangan ulama Hanafi adalah apabila mayoritas harta itu haram, maka status harta dan penggunaannya adalah haram. Dan apabila mayoritas dari harta itu halal, maka hukumnya makruh. Lihat teksnya di bawah:
أن المختار عندهم أنه إن كان الغالب حراماً فحرام، وإن كان الغالب حلالا فموضع توقفنا.
Pendapat Madzhab Hanbali Tentang Harta Campuran Halal Dan Haram (Syubhat)
Ada 4 (empat) pendapat dalam Madzhab Ahmad bin Hanbal (Hanbali) terkait dengan masalah harta syubhat sebagai berikut:
Pertama, apabila diketahui bahwa dalam harta itu terdapat harta halal dan haram, maka hukumnya haram.
Kedua, apabila perkara yang haram itu melebihi 1/3 (sepertiga), maka haram semuanya. Kalau kurang sepertiga maka halal.
Ketiga, apabila yang haram lebih banyak, maka hukumnya haram. Apabila harta yang halal lebih banyak, maka hartanya halal. karena yang sedikit ikut pada yang banyak Seperti dinyatakan Ibnul Jauzi dalam kitab Al-Minhaj.
Keempat, tidak haram secara mutlak. Baik harta yang haram itu sedikit atau banyak tapi makruh. Kemakruhannya meningkat atau menurun berdasarkan kadar banyak atau sedikitnya harta yang haram. Ini pendapat Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni.[12]
KesimpulanJika sudah jelas kasabnya diperoleh dari barang yang haram dan diketahui oleh seseorang melalui mata kepala sendiri maka haram pula memakannya. Sebagaimana ungkapan dalam kaidah ushul fiqh.
نحن نحكم بالظواهر والله يتولى السرائر
Artinya : “Kami menghukumi dengan sesuatu yang dhahir (lahiriah), dan Allah yang menangani seluruh yang tersembunyi (samar)Dan barang siapa yang memakan barang yang syubhat maka agamanya ikut syubhat dan menjadi perantara petangnya hatinya , dan barang siapa yang memakan barang haram maka hatinya menjadi mati dan enteng terhadap agamanya dan menjadi penyebab lemahnya keyakinannya dan terhalang doanya, serta sedikit ibadahnya, bahkan jika Allah murka terhadap seseorang maka Allah berikan rizki kepadanya dengan rizki yang haram , bahkan jika seseorang berjalan dengan tujuan mencari barang yang haram maka syaitan akan menjadi temannya. Akan tetapi jika tidak diketahui dengan mata kepala sendiri walau dia tukang judi main togel atau lainnya maka hukumnya makaruh namun sebagian ulama mengatakan haram jika aktifitas kasabnya sudah biasa barang yang haram. Dan sebaliknya jika seseorang memakan barang yang halal maka bersihlah/jernih agamanya dan hatinya lembut serta tidak ada penghalang do’anya untuk tidak diterima.
Imam Nawawi didalam kitab Al Majmu’ berkata: Dimakruhkan mengambil uang(makanan)dari orang, yang mana ditangan orang itu ada barang yang halal dan barang yang haram, seperti menerima uang(makanan)dari raja yang dholim.Dan kemakruhannya itu berbeda-beda disebabkan karena banyaknya syubhat atau sedikitnya syubhat.(Syubhat adalah uang/barang yang tidak jelas halal dan haramnya).
قال فى المجمعوع : يكره الأخذ ممن بيده حلال وحرام كالسلطان الجائر .وتختلف الكراهة بقلة الشبهة وكثرتها، ولا يحرم الا إن تيقن ان هذا من الحرام . وقول الغزالى : يحرم الأخذ ممن اكثر ماله حرام وكذا معاملته : شاذ.. اعانة الطالبين المجلد الثانى ،صفحة 355
من أكل الحلال صفا دينه ورق قلبه ولم يكن لدعوته حجابياعلي من أكل الشبهات إشتبه عليه دينه وأظلم قلبه وخف دينه وضعف يقينه وحجب دعوته وقلت عبادته .ياعلي: إذا غضب الله على أحد رزقه مالا حراما فإذا اشتد غضبه عليه وكل به الشيطان يبارك له فيه ويصحبه ويشغله بالدنيا عن الدين ويسهله أمور دنياه ويقول الله غفور رحيم ياعلي: من سافر أحد طالبا الحرام ماشيا إلا كان الشيطان قرينه ولاراكبا إلا كان ديفه ولاجمع أحد مالاحراما إلا أكله الشيطان… الخ. والله أعلم بالصواب
Jumlah Pengunjung: 25
SEJAK kebelakangan ini ramai dalam kalangan anak muda yang cukup gemar bemain permainan video PUBG sehingga ada yang menjana pendapatan hasil daripada aktiviti itu melalui penstriman langsung di laman sosial seperti Facebook.
Apabila ia mampu memberi pendapatan dengan hanya bermain PUBG, ramai mula menjadikannya sebagai aktiviti sepenuh masa untuk mendapatkan wang.
Bagaimanapun apakah hukumnya dalam Islam bagi seseorang memperoleh hasil kewangan daripada bermain permainan video?
ARTIKEL BERKAITAN: Buka aib pasangan di laman sosial sudah jadi trend, adakah dibolehkan dalam Islam?
Pada asalnya hiburan diharuskan dalam Islam melainkan terdapat perkara lain yang mengubah hukum daripada harus kepada haram. Ini seperti hadis yang diriwayatkan oleh Hanzalah RA, Sabda Nabi SAW:
Maksudnya: âWahai Hanzalah! Ada masa untuk urusan keduniaan, ada masa untuk beribadah. Dan jika hati kamu sentiasa sama seperti kamu sedang mengingati Allah SWT, para malaikat akan bersalam denganmu dan memberi salam kepadamu di pertengahan jalan.â - [Riwayat Muslim (2750)].
Umumnya, hukum bermain PUBG adalah harus jika dilakukan dengan kadar berpatutan. Namun, ia cenderung menjadi makruh jika bermain secara berlebih-lebihan kerana terdapat unsur-unsur membuang masa, bahkan hukumnya boleh menjadi haram sekiranya pemain itu melanggar batas-batas ditetapkan syarak serta meninggalkan tanggungjawab sebagai seorang muslim seperti solat, melawan dan meninggikan suara kepada ibu bapa kerana tidak mahu berhenti bermain dan lain-lain.
Penjanaan duit melalui penstriman langsung bukanlah suatu perkara yang mudah kerana perlu melalui beberapa proses yang memperuntukkan tempoh masa yang agak panjang.
Khusus berkaitan hukum menjana duit daripada penstriman langsung (live streaming) di Facebook, perlu difahami terlebih dahulu amalan yang biasa diamalkan oleh penstrim (streamer).
Antara medium terkenal yang menjadi lubuk penstrim untuk menjana wang ialah melalui laman Twitch, Facebook Gaming dan YouTube Gaming.
Kaedah penjanaan duit daripada Facebook Gaming diperoleh melalui sumbangan yang diberikan oleh peminat-peminat penstrim. Sumbangan tersebut diberikan dalam bentuk ikon bintang (stars) yang dibeli oleh peminat dalam bentuk pakej dengan harga yang ditetapkan pihak FB; contohnya (100 stars = RM6).
Setiap satu bintang yang dibeli dan diberikan, penstrim mempunyai bahagian sebanyak 0.01$USD lebih kurang RM0.40, manakala baki lebihan menjadi hak milik FB namun begitu, pihak FB meletakkan beberapa syarat yang perlu dipenuhi sebelum penstrim layak untuk menerima stars, antaranya perlu:
1. Membuat satu laman (page gaming) tersendiri
2. Membuat penstriman langsung sekurang-kurangnya 4 jam dalam tempoh 14 hari
3. Membuat penstriman langsung sekurang-kurangnya 2 hari dalam tempoh 14 hari
4. Mempunyai sekurang-kurangnya 100 followers
Melihat kepada penetapan syarat-syarat di atas, penjanaan wang melalui penstriman langsung bukanlah suatu perkara yang mudah kerana perlu melalui beberapa proses yang memperuntukkan tempoh masa yang agak panjang.
Bermula dengan proses melayakkan diri untuk menyertai program penjanaan FB melalui empat syarat di atas. Proses di atas hanya sebagai pra syarat untuk melayakkan penstrim menjana apa-apa pendapatan.
Namun, untuk menjana pendapatan secara berterusan, penstrim perlu melalui proses seterusnya iaitu mendapatkan seberapa banyak mungkin donations (sumbangan stars) dan subscribers dengan pelbagai cara seperti mempromosikan bakat bermain dan berinteraksi secara berterusan dengan penonton dan peminat yang melihat strim langsung tersebut.
Lantaran itu, menjadi amalan kebiasaan bagi para penstrim untuk membuat strim langsung berjam-jam sekitar 4 hingga 8 jam sehari. Tempoh masa mungkin menjadi lebih panjang sekiranya penstrim membuat pekerjaan tersebut secara sepenuh masa.
Hukum menjana pendapatan melalui penstriman langsung adalah harus dengan beberapa hujah dan alasan.
Penelitian Hukum Syarak
Asasnya, situasi berbeza kadangkala menatijahkan hukum yang berbeza. Ini sangat bertepatan dengan kaedah umum yang menyebut, Maksudnya: âHukum terhadap sesuatu perkara merupakan natijah daripada bagaimana gambaran sesuatu isu difahamiâ. (Lihat: Syarh Mukhtasar Li al-Sullam al-Munauraq, 3/11)
Allah SWT juga berfirman di dalam al-Quran, Maksudnya: âDan janganlah engkau mengikut apa yang engkau tidak mempunyai pengetahuan mengenainya. Sesungguhnya pendengaran dan penglihatan serta hati, semua anggota-anggota itu tetap akan ditanya tentang apa yang dilakukannyaâ. - [Surah al-Israâ (36)].
Syeikh Saâdi dalam tafsirnya ketika menerangkan ayat ini menyebut bahawa ayat ini memerintahkan agar umat Islam membuat penelitian dan penyelidikan secara menyeluruh dan tidak tergesa-gesa dalam menjatuhkan hukum-hakam. (Lihat: Tafsir al-Karim al-Rahman, m/s 532).
Berdasarkan mekanisme dan penerangan di atas, hukum menjana pendapatan melalui penstriman langsung adalah harus dengan beberapa hujah dan alasan;
1. Asal sesuatu perkara khususnya bidang muamalat adalah harus selagi mana tiada dalil lain yang menunjukkan sebaliknya. Bertitik tolak dengan keputusan keharusan bermain PUBG secara umum, maka kami katakan menjana pendapatan melaluinya juga harus.
Keharusan asal sesuatu perkara dalam bidang muamalat diperakui oleh majoriti ulama termasuklah Imam al-Syafie Rhm (wafat 205H).
2. Kerajaan juga mengiktiraf PUBG sebagai salah satu E-Sport dan menjanjikan peluang pekerjaan baru bagi generasi akan datang. Maka, hukum menjana duit melalui PUBG mengambil hukum yang sama seperti pekerjaan lain yang seumpama dengannya.
Ini bertepatan dengan kaedah Fiqh yang menyebut, Maksudnya: âTidak dinafikan perubahan hukum disebabkan perubahan masa dan tempatâ. (Lihat: Durar al-Hukkam, 1/47)
Paling penting jangan kita lalai bermain permainan video sehingga melupakan tanggungjawab lain.
Walaupun begitu, para penstrim dinasihatkan mengimbangkan waktu mereka bermain dengan tuntutan-tuntutan lain mereka sebagai seorang Muslim, seorang anak, seorang rakan, mahupun seorang bapa supaya mereka tidak mengabaikan urusan lain khususnya menjaga solat, tanggungjawab keluarga, menjaga kesihatan, menjaga batas pergaulan, menjaga aurat dan lain-lain.
Kegagalan untuk meneliti dan mengambil berat aspek-aspek lain boleh mengubah status keharusan tersebut kepada hukum makruh bahkan boleh menjadi haram seperti mengabaikan waktu solat, bertutur dengan perkataan tidak sopan, menonjolkan aurat secara sengaja untuk menarik penonton dan lain-lain perkara yang dilarang oleh Syarak.
Imam Zarkasyi Rhm (wafat 794H) menyimpulkan bahawa hukum harus boleh berubah mengikut kepada situasi tertentu. Kadangkala berubah menjadi wajib jika meninggalkan perkara tersebut akan memberi kemudaratan.
Kadangkala menjadi haram sekiranya melakukan perkara tersebut menyebabkan tidak melakukan kewajipan lain yang ditetapkan Syarak, dan begitu juga boleh berubah kepada hukum-hukum taklifi yang lain seperti sunat dan makruh. (Rujuk: al-Bahru al-Muhith, 1/365)
Dalam masa yang sama, disarankan kepada penstrim untuk mengambil peluang yang ada menjadikan medium laman gaming sebagai tempat untuk berdakwah dan mengajak para penonton dan peminat untuk melakukan kebaikan walau di mana sahaja mereka berada. Selain itu, menjadi medium untuk penstrim mengingatkan kepada pemain-pemain PUBG lain untuk pandai membahagikan masa dan tidak mengabaikan urusan dan tanggungjawab yang lain. - Pejabat Mufti Wilayah Persekutuan
Seorang bocah tak bisa bayar Paket COD karna uangnya habis karna mmjadi korban zeus #News #berita #ZEUS #Slot #Game More
Sem sequelas, Lula deve voltar às atividades na próxima semana! #LulaCirurgia #KwaiNotícia #NotíciasDeÚltimaHora #viraliza #maisviews More
Ini Tanggapan KemenPUPR Terkait Usulan Pendirian Badan Khusus Air
KemenPUPR meyakini pendirian badan khusus air tanggung jawab pemerintah berikutnya
Ini Tanggapan KemenPUPR Terkait Usulan Pendirian Badan Khusus Air
KemenPUPR meyakini pendirian badan khusus air tanggung jawab pemerintah berikutnya
DDHK.ORG – Main game yang menghasilkan uang, Apa hukumnya?
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ustadz, mau bertanya. Apa hukum main game yang bisa menghasilkan uang?
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Bismillah… Hukum asal segala sesuatu seperti muamalah adalah boleh selagi tidak ada dalil yang melarangnya. Senada dengan kaidah fiqih yang berbunyi:
الْأَصْلُ فِي الْأَشْيَاءِ اْلإِبَاحَةُ إِلَّا مَا دَلَّ الدَّلِيْلُ عَلَي تَحْرِيْمِهِ
Artinya: “Hukum asal segala sesuatu adalah mubah (boleh), kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
Namun jika sesuatu tersebut mengandung unsur yang haram, maka hukumnya menjadi haram. Misal jual beli itu boleh, namun jika yang dijual adalah babi, maka jual beli tersebut menjadi haram. Begitu pula dengan bermain game (permainan), hukum asalnya adalah boleh, namun jika mengandung unsur yang haram, maka haramlah hukumnya. Misal bermain game yang mengandung unsur perjudian.
Perlu diingat, bermain game yang halal pun bisa terjerumus pada hal yang haram jika pelakunya sampai lalai dan lupa waktu hingga tidak mengerjakan sholat dan lupa mengingat Allah. Karena salah satu ciri-ciri orang-orang beriman adalah meninggalkan hal-hal yang sia-sia & tidak berguna.
Allah Subhãnahu wata’ala berfirman:
وَٱلَّذِینَ هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ مُعۡرِضُونَ {سورة المؤمنون: ٣}
“Dan orang orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan & perkataan) yang tidak berguna.” {Q.S. Al-Mukminun: 3}
Rasulullah shallallãhu alaihi wasallam juga bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ (رواه الترمذي)
“Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang adalah dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (H.R. Tirmidzi)